Friday, October 10, 2014

Jebakan persepsi


Ketika kita merasa rumput tetangga lebih hijau, di saat yang sama tetangga melihat rumput kita lebih hijau. Padahal seni membandingkan adalah tentang mengondisikan sesama mungkin lalu memilih faktor pembeda untuk diamati. Padahal sampai kapan pun, tidak akan pernah ada dua manusia yang dilahirkan dalam kondisi yang benar-benar sama.

Apa-apa yang di permukaan selalu tampak indah. Bisa jadi itu hanya pencitraan. Atau paradoks senyum dalam luka? Meski mata adalah lensa terbaik di dunia, dia hanya mampu menjangkau permukaan saja. Memahami dengan hati bukankah lebih bijak? 
Makna sebuah pilihan ada pada alasannya. Makna sebuah hasil ada pada prosesnya. Tidak ada pilihan yang salah karena benar dan salah ada pada alasannya. Jangan pernah semata-mata merujuk pada hasil tanpa tahu prosesnya. Bisa jadi dia berdarah-darah untuk hasil yang mungkin kita anggap sepele. Dan selalu ada kebaikan Tuhan pada ikhtiar yang biasa tapi berhasil luar biasa.

Lalu, mengapa mesti jumawa atau merasa tidak berharga? Jika terlalu banyak faktor pembeda di antara kita, lantas kenapa mesti dinilai dengan standar yang sama?

Sebenarnya diam-diam kita saling mengagumi satu sama lain, tapi sayang di saat yang sama juga saling menyisihi, yang pada akhirnya saling meniadakan.

Jangan begitu, setiap kita hadir sebagai guru satu sama lain. Kenapa tidak memilih untuk saling mengisi kekosongan satu sama lain?

Rumput tetangga tidak selalu lebih hijau. Bisa jadi itu efek bias cahaya, atau paling fatal adalah karena fatamorgana. Kalau kita gabungkan agar jadi dua petak saja, bagaimana? :) 


Sumber: www.digaleri.com